23 November 2014

Hadiah terindah untuk saya

Menghabiskan waktu dengan keluarga, setelah sekian lama terlalu disibukkan dengan pekerjaan dan urusan pribadi, semakin menyadarkan saya bahwa waktu begitu berharga.

Papa yang dulu sering menggendong saya tinggi-tinggi di bahunya ketika saya merengek karena kelelahan, kini tidak sekuat dulu lagi. Raut wajahnya lelah dan rambutnya mulai banyak putih. Papa yang dulu selalu jadi sandaran, kini di negeri asing, bersandar pada adik saya yang mengerti bahasa asing itu.

Di rambut mama mulai terlihat uban, meski tidak sebanyak papa. Mama sering mengulang-ulang pembicaraan, seolah mama lupa kalau itu sudah pernah dikatakan.

Oma lebih-lebih. Oma yang selalu kelihatan segar, sekarang rambutnya sudah memutih semua, dan sebelum pergi, kesehatan oma menurun, sehingga harus mengurus asuransi kesehatan untuk perjalanan. Oma yang selalu semangat jalan-jalan, kini beberapa kali harus mencari tongkat karena kakinya sakit.

Menyedihkan, melihat orang-orang yang kita sayangi, bertambah tua dan rapuh.

Tapi walaupun begitu, kasih mereka tidak pernah berhenti untuk saya. Papa masih mencari nafkah untuk keluarga, kerja keras agar keluarganya bisa memiliki & merasakan hal-hal yang menyenangkan.

Mama masih selalu bangun setiap pagi untuk membuatkan bekal untuk anak-anaknya, agar anaknya selalu makan makanan yang sehat.

Papa Mama sangat mencintai saya. Saya merasa Tuhan mencintai saya lewat mereka. Tulus. Tanpa pamrih.

0 comments: