27 September 2015

Dear Amel,

Entah kenapa,
pengen aja ngepost ini.
(Sepenggal chat di grup, dari adik yg lagi ada di negara 
yang jamnya 6 jam lebih lambat dari Indonesia)

You know me so well (?) 
:D

24 September 2015

Goyah

Semua jadi terlalu bising,
memekakan telinga,
tarik menarik,
membutakan arah.

Kembali pada mulanya,
tapi yang Kau cari tak ada,
mungkin terselip diantara ribuan energi lain.

Maka kini Kau berdiri,
tapi tanpa dasar.

22 September 2015

Hei Bung,

Kamu salah kalau berpikir saya akan tetap diam
ketika kamu berlaku tak adil.

Kamu salah kalau berpikir saya akan mengerti,
akan setiap tindakan gilamu.

Kamu bisa membungkam saya karena kuasa,
tapi saya akan tetap menulis.

Kamu bisa membunuh saya,
tapi tulisan ini akan tetap abadi.

Karena itu saya tak pernah takut! :)

19 September 2015

...

Ada kalanya,
saya cinta malam,
yang membawa saya dalam perjalanan panjang,
dan membiarkan saya tersesat dalam ketakberarahannya.

Ada kalanya,
saya cinta malam
yang membawa saya memulai perjalanan batin,
menelusuri lorong-lorong rasa.

Ada kalanya,
saya begitu cinta malam.
Karena dalam keheningannya,
saya dapat menemukan kejujuran.

dan tujuan.

17 September 2015

Dear Jun #3

Dear Jun,

Mereka bilang aku tak peduli.
aku memang tak ingin jadi orang yang peduli...
peduliku pernah membawa luka.
Kamu paham, kan?

Mereka bilang aku tertutup,
hatiku bertanya-tanya, apa yang bisa mereka lakukan jika aku terbuka?

Aku belajar paham, bahwa mereka tak pernah benar-benar mendengarkan.
Bahwa apa yang kita utarakan hanya ditangkap sebatas pengertian mereka, kemudian disalahartikan.
Lalu apa gunanya keterbukaan itu, Jun?

Seringkali mereka datang meminta pertolongan,
Menyita waktu yang begitu banyak, hingga aku gelagapan menghadapi sisa waktu yang singkat.

Hari ini giliranku, ingin meminta pertolongan, barang sedikit saja.
Tapi mereka tak mau, Jun.
Padahal mereka mampu.

Aku merasa sendiri.

Aku ngga marah, Jun, apalagi dendam.
Kamu jangan salah paham.
Aku cuma ngerasa sendirian di dunia yang super egois ini.

Kamu benar, kalau kita harus berjuang sendiri untuk meraih apa yang kita mau.
Jangan pernah mengandalkan orang lain.
Jadi berkat, jangan jadi yang menyusahkan!

Kamu sering ingatkan itu,
tapi aku juga seringkali lupa dan akhirnya kecewa.

Terima kasih, Jun,
sudah menemani melewati kekecewaanku,
Terima kasih telah mengingatkan ulang.

Aku merasa lebih baik.

06 September 2015

SAMPAH!

Anda bilang, berat untuk mempertahankan saya?

SAMPAH!

Masih teringat jelas ketika surat itu saya hantar ke meja Anda,
Anda menjawabnya dengan, "Oh, Oke!"
Sejenak saya mematung disana.
Limbung.
Sebelum akhirnya saya menguasai diri dan langsung berbalik meninggalkan Anda.

Kalimat singkat yang begitu membekas,
sehingga saya tak pernah sedikitpun merasa menyesal untuk pergi.

Lalu sekarang ketika keadaan menjadi tidak stabil,
Anda berkoar-koar pada mereka,
bahwa pada masa itu Anda berat melepas saya?

SUNGGUH SAMPAH!

Sebegitu pengecutkah Anda sehingga tak berani jujur pada mereka,
tentang apa yang Anda lakukan?

SAMPAH!

03 September 2015

Memberikan yang terbaik

Segalanya terlihat baik-baik saja,
tapi saya tau ini masih kurang,
karenanya saya memutuskan bertemu kamu.

Pertemuan pertama,
saya merasa bodoh,
mengijinkan kamu menyiksa saya.
Sungguh buat tubuh saya lemah.

Saya pikir ini akan jadi pertemuan terakhir kita.

Ternyata kata-katamu terngiang-ngiang,
"Inget untuk apa kamu mulai ini. Butuh passion untuk bertahan. Kalau diluar sana orang-orang bisa melakukan lebih, masa kita gak bisa? Masa kita gak bisa kasi yang terbaik?"

Kamu menang!

Kamu menang!

Memberikan yang terbaik memang tujuan saya datang kepada kamu.
Dan kalimat itu, TELAK menusuk hati saya.

Pertemuan kedua dan ketiga,
Pasrah.
Saya tau ini akan sulit,
tapi mengikuti segala arahanmu merupakan sebuah keputusan yang tak akan saya tarik mundur.
Maka saya membiarkan kamu membentuk saya sedemikian rupa.

Sakit.
Saya membawa diri saya bertahan di ambang batas.

SAYA TAK AKAN MENYERAH.

Pertemuan keempat.
Menit-menit yang menyiksa mulai lagi.
Saya jalani.
Mendasari hati saya dengan kalimat, "ingin memberikan yang terbaik".

Di antara waktu istirahat yang singkat,
saya ambruk seambruk-ambruknya, rasanya sulit mengangkat tubuh lagi, tiba-tiba kamu memecah keheningan..
"Saya liat kamu orangnya tahan sakit, mau berusaha.."
Saya tersentak. Memandang kamu. Kamu melanjutkan,
"Saya udah banyak ngajar anak murid, dan saya bisa bedain mana yang ngasal dan mana yang bener-bener mau usaha. Saya liat kamu orangnya tahan sakit, mau berusaha. Kamu mau untuk bagus, untuk perfect.."
Saya memandang kamu tak percaya. Bagaimana bisa seseorang yang baru 4 kali bertemu dapat menyimpulkan saya tanpa meleset sedikitpun.
Seakan tahu apa yang saya pikirkan, kamu memastikan, "iya kan?"
"Yes Miss. Yes, I am," ujar saya.

Kamu mungkin tak akan pernah mengerti,
betapa berartinya kalimat simpulan itu bagi saya.
Thank you Miss.

Semoga nyawa itu tetap ada pada saya, hingga
ketika berpeluh saya tetap bisa menari,
ketika terluka saya tetap bisa tersenyum,
dan tak peduli berapa kalipun banyaknya saya terjatuh,
saya tetap bisa bangkit berdiri dan tidak menyerah.

Karena pertemuan-pertemuan selanjutnya,
saya yakin,
butuh lebih dari sekedar perjuangan untuk bertahan.

02 September 2015

...

Semesta ini punya aturan main.

Sekiranya mungkin kita berhenti dan mencoba mengerti,
kelak akan paham semua kejadian memiliki arti.

Karenanya,
kaki harus tetap melangkah
tangan harus tetap berkarya
bibir harus tetap tersenyum,
tubuh harus tetap menari.

"Hidup adalah soal keberanian,
menghadapi tanda tanya...
Terimalah dan hadapilah."*

Sesederhana itu.
__
* kalimat Soe Hok Gie