Masa Bodo

Sinar bintang kecil meredup,
sebentar lagi hilang..

Mungkin ingin ikut angin,
yang punya makna sejenak,
kemudian melenggang pergi..

Lelah bersinar..
Lelah berpura-pura..

Ingin lepas topeng,
ingin berhenti bersinar..

. Masa bodo .

Saya lihat,
saya sadar,
saya tidak diajak,
saya tidak dianggap,
saya tidak diberitahu..

Saya marah,
Saya kecewa,
saya sesak,
saya cemburu..

Saya tahu,
Saya tidak bisa memaksa,
saya sadar itu hak mereka..

Saya hanya cemburu,
saya hanya tidak terima..

Saya cuma ingin ungkapkan kekecewaan..

Tolong jangan dilarang!

Jika kamu benar-benar peduli..

Belajar untuk tidak menghakimi,
adalah cara terbaik untuk belajar memahami..

Bahwa setiap manusia memiliki ruang yang disembunyikan
dan alasan yang tak perlu diceritakan,
itu pasti..

Satu yang harus diyakini,
pada dasarnya semua manusia itu diciptakan baik,
dan untuk segala sesuatu, pasti ada sebabnya..

Lihat itu, cari tahu itu,
sebelum mulutmu mengeluarkan cacian
dan tanganmu melayang..

Karena apa yang terlihat mata bisa menipu,
dan apa yang didengar telinga, bisa direkayasa..

Perhatikan,
dekati hatinya,
karena itu satu-satunya cara untuk memahami..

Jika kamu benar-benar peduli..

Gejolak nalar yang terhantam mode,
menguatkan angan 'tuk menjadi serupa..

Budaya memeluk,
gaung penolakan terlontar sedemikian sering..

Kepingan impian membeku,
akhirnya mendapatkan pelajaran,
bagaimana caranya untuk setia..

Kecewa, tapi senang,
berbesar hati untuk bangga dengan budaya sendiri..



Sentosa Island,
Singapore
15 Maret 2010
17:22

Untuk Kamu,,

Tenyata si balik senyumnya,
ada seribu pahit,
yang coba ia telan..

Kesepian yang menyelimuti,
mungkinkah hanya bagian
karena keegoisannya yang tak mau berbagi?

Lepaskan kawan,
kamu tak akan menjadi begitu kuat
untuk menanggung beban seorang diri

kamu tak akan menjadi begitu kuat,
untuk tetap berdiri tanpa berbagi..

Kamu tak sendiri,
ada begitu banyak orang yang peduli,
namun tak kau perhatikan..

Diam bukan penyelesaian..

Pukul saja!
Gampar,
maki hingga puas..

Biar besok bisa rujuk lagi..

Untuk kawanku..

Barangkali luapan emosi bisa terasa begitu berarti,
ketika kamu berhasil tumpahkan kata-kata makian itu untuknya..

Ada satu hal yang harus diingat kawan,
hidup tak selesai sampai di sana..

Tiap ucapanmu,
candaanmu yang menyakitkan,
terlebih makianmu,
akan tetap menggaung di telinga..

Siapkah bila kata-kata itu kembali dilontarkan
tetapi kali ini untukmu,
bukan untuknya?

Harus bisa!

Ketika malam menjadi semakin larut,
hati jadi ikutan kalut..
Semakin kusut..

Sepertinya ingin menyerah,
tapi tak mau ucapkan kalah..

Harus bisa
Harus menang!

Kepada jiwa saya!

Tolong jangan buat saya jadi gila,
karena seharusnya kamu ada di bawah kendali saya!

Saya mau kamu tunduk,
meski dengan cambukan..
Karena saya si pemilik raga..

Saya harus,
dan mungkin bisa dibilang terpaksa
mengatur kamu..

Tolong jangan egois,
Tolong jangan munafik,
Tolong biarkan saya menjadi diri saya apa adanya!