31 December 2014

Kompas Gramedia

Akan selalu ada hal yang sangat kita syukuri dalam hidup.
Bagi saya, moment itu ada saat saya bekerja di Kompas.
Sebuah perusahaan yang sangat memanusiakan karyawannya.
Sebuah pemberhentian pertama, yang mengajarkan saya terlalu banyak hal indah.
....dan untuk setiap detik, saya bangga, sangat bangga,
pernah jadi bagian dari Kompas Gramedia.
Terima kasih untuk semuanya :)



Random!


"What?! lo resign? Bahagia banget hidup lu! Hahahha"

"Ada yang gue takutin. Suatu perasaan aneh yang menjalar di hidup gue"

"karena udah tua sih, jadi anggepannya bener sendiri."

"gue ngga suka nurunin standar gue"

"Kalo gue sih, kalo atasan gue bilang ngga menghargai, gue gak akan stay untuk orang macem gitu."

"gue beda. daripada susah-susah nyeret, lebih baik gue tinggalin"

"Makan hati, makan pikiran."

"gue juga bakal resign."

"Keren gak?"

"Kamu harus jadi orang yang tahan banting ya!"

"Gue gak suka kalo mereka selalu tanya-tanya, hal yang seharusnya mereka tahu!"

"Udah tau hidup cuma sekali, kalo ngga suka dengan keadaan yang sekarang, ya gantilah!"

"Kalo gue punya atasan kaya lu punya, gue gak bakal enjoy.."

"Lo kerja santai-santai aja kali?"

"Gue akan seret orang itu untuk ikut standar gue!"

"Buat gue, selama gue masih enjoy dengan apa yang gue kerjakan, ya gue bakal stay"

"Gue ngeliat lo, enak banget idup lo.."

"Haha heroik!"

"Gue keluar bawa prinsip gue bo! gue mau tetap kerja bagus!"

"Emang gue galak ya? Emang gue galak? beneran nih.."

"Haha, gak! gue gak akan ngerusakin diri gue sendiri"

"Mereka cuma sekumpulan orang-orang yang ngga bisa keluar dari zona nyamannya.."

"Buat apa dibetah-betahin"

"Bos gue pasti lebih rese dari lu. Pasti!"

"Mending gue cari tempat yang bisa menghargai kerja istimewa gue"

"Gue bisa, masa dia gak bisa?"

"Toh cuma kerjaan. Cuma sarana cari uang"

"Gue ngerasa standar gue ngga sama kaya orang lain"

"emang ada aja orang-orang sampah"

"Gue menargetkan diri gue mencapai kesempurnaan!"

"Selama kerja ikut orang, pasti bakal ada idealisme yang harus dinego"

"...dan pasti mereka anggep lo lemah."

Pembicaraan random dari teman-teman yang super baik, yang bukan hanya bicara masalah pekerjaan tapi juga hidup. Ambisi dan perasaan terpendam. :)

20 December 2014

...dan ketika saya memilih berjalan keluar

Ngga ada yang bisa ngegantiin rasanya dihargai dan dicintai.
Membaca tulisan-tulisan ini selalu membuat saya bersyukur.













Terima kasih Tuhan untuk berkat yang bisa saya bagikan.
Saya kembalikan semuanya untukMu.

Saya memilih berjalan keluar

"Saya memang tidak menghargai. Sangat tidak menghargai. Sangat tidak menghargai"

Kalimat itu seperti radio tape rusak yang berdengung di kepala saya.
Memang sudah lama saya merasakan.
Tapi ternyata belum benar-benar siap kalau kalimat itu tiba-tiba diutarakan di hadapan saya dan berulang-ulang.

Saya memilih berjalan keluar.
Menghempaskan seluruh drama ironis yang selama ini menghantui.
Mengakhiri, bukan berarti lari dan menyerah pada emosi.
Mengakhiri, karena saya yakin tak akan ada lagi hal baik.

Saya memilih berjalan keluar.
untuk tetap konsisten, bahwa saya ingin berlaku baik.
sebagai bentuk protes bahwa saya tidak mau kalah dengan ketidakadilan.
sebagai gugatan pribadi atas paradigma bahwa yang kuat harus selalu menang.

Pada akhirnya saya memilih berjalan keluar, untuk menghargai diri saya sendiri.
untuk menyelamatkannya dari rasa sakit.
Karena penghargaan itu tidak pernah ada disana.

Memaafkan tapi tidak melupakan.
Selamanya akan saya ingat.

Setelah semua berlalu,
saya menemukan kedamaian yang tidak terperi.

Ada perasaan aneh yang tiba-tiba memenuhi seluruh rongga dada.

Lega.
Bahagia.
Sangat Bahagia.

Saya bertemu dengan diri saya sendiri,

15 December 2014

Kepada Anda yang terhormat!

Serpihan hati itu kembali saya rangkai.
Berulang kali saya gumamkan, bahwa saya harus tegar.
Tapi kali ini saya lemah dan tenggelam.
Saya benci pada ketidaksempurnaan,
dan itu termasuk benci pada Anda,
si penghancur impian.

Anda perlu tahu, bukan nilai yang saya tuju.
Cara Anda memperlakukan saya, itu yang tidak dapat saya terima.

Saya bergerak menyasar target yang jelas.
Seluruh tenaga saya kerahkan untuk mendekati target itu.
Berusaha lebih keras, jauh dari yang Anda pikirkan.
Karena kesempurnaan itu yang selalu ingin saya capai.

Kaki saya sudah melewati target yang Anda inginkan,
yang pada awalnya saya rasa mustahil.
Lalu Anda datang, dan menggeser target itu.
Jauh!
Justru di titik penghabisan saya.
Disaat saya tak punya waktu lagi
Dan target itu kini tak bisa lagi saya gapai.

Hai pecundang,
Betapa saya benci Anda!

Anda panik, saya maklumi.
Anda membuat semua hal berbelit, saya mengerti.
Tapi jika Anda menghancurkan impian saya, saya tidak akan bisa terima.
Sampai kapanpun.

Kecil, tapi berarti.
Ini jadi pelajaran untuk saya,
bahwa tak perlu percaya pada nilai.
Diri terlalu berharga untuk dinilai pada selembar kertas

Dan satu lagi.
Anda sangat tidak patut saya hormati!

Oh tapi jangan khawatir,
Saya tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh Anda.
Saya akan tetap kuat.
Lebih kuat dari usaha Anda menghancurkan saya.