24 June 2017

Suami.

Akhir-akhir ini, beberapa orang menanyakan kepada saya,
"Gimana setelah nikah?"

Jawaban saya sederhana, "Enak." Haha.

Saya dulu mungkin termasuk orang yang anti menikah muda,
saya pikir, saya punya banyak cita-cita,
punya banyak keinginan,
punya banyak target,
yang dengan "keras-kepala"nya ngotot harus saya penuhi sebelum saya menikah.

Saya pikir, tanpa menikah pun saya tidak merasa kekurangan,
Saya bisa mencukupi kebutuhan diri saya sendiri,
Saya bisa melakukan segala pekerjaan saya sendiri,
Saya dikelilingi oleh keluarga yang baik, pacar yang baik, teman-teman yang baik.
Singkatnya, saya malah merasa tidak perlu menikah.

Tapi ternyata setelah menikah,
pandangan saya berubah.

Ada lebih banyak hal yang dapat saya lakukan berdua dengan suami.
Ada lebih banyak impian yang dapat kami capai.

Saya merasa seperti naik level,
kalau dulu semua masalah saya bisa saya selesaikan sendiri,
sekarang Tuhan memberikan masalah yang sungguh berat saya pikul sendirian.

Disinilah saya paham.
Tuhan sudah mempersiapkan saya, untuk mengasah saya lebih tajam lagi,
Oleh karenanya, Ia menyediakan pendamping bagi saya.

Seorang pendamping yang tidak pernah lelah untuk menyemangati saya,
Membantu saya berdiri kembali ketika saya hampir menyerah,
Memberi arahan kepada saya ketika saya hilang arah,
Membopong saya ketika saya jatuh dan berdarah-darah,
Memberi saya kekuatan ketika saya di ambang batas kelelahan,
Memberi senyum di wajah saya ketika saya melewati hari yang tidak baik.

Saya kehabisan kata-kata.

Tuhan begitu baik.
Mengirimkan seorang suami yang sudah Tuhan pilihkan,
untuk memampukan saya,
menghadapi masalah apapun di hari esok dengan kuat dan tetap bahagia.

Menghargai Waktu

Bersyukur untuk hari ini yang dilalui dengan tenang.
Jauh dari kegaduhan,
Jauh dari terburu-buru,
Jauh dari rasa dikejar waktu,
Jauh dari kesibukan.

Menghargai setiap detik yang terlewati
sebagai sebuah anugrah,
untuk sekedar bernafas,
untuk berhenti sejenak,
mengambil jeda,
menyusun lagi rencana ke depan,
dan kemudian bertarung lagi dengan berani.

Sebuah Pembelajaran

Saya diajar untuk percaya,
Sepenuhnya percaya kalau Tuhan adalah pemilik hidup saya,
dan Ia yang sepenuhnya memegang kendali atas saya.

Saya diajar untuk sabar,
untuk mengampuni dan melupakan,
karena pembalasan sepenuhnya adalah urusan Tuhan.

Saya diajar untuk berbagi,
untuk punya kerelaan hati dan keikhlasan,
karena menyimpan dendam menimbulkan lara.

Saya diajar untuk berserah,
untuk percaya bahwa rezeki adalah pemberian Tuhan,
tapi mengusahakan yang terbaik adalah tanggung jawab saya.

Saya diajar untuk berani,
untuk menghadapi apapun yang memang harus dihadapi,
karena terus menerus menghindar hanya membuat durasi lambat.

Saya diajar untuk teliti,
untuk melihat dan mendengar dengan lebih cermat,
untuk membuka mata kepada hal-hal yang tidak tepat.

Saya diajar untuk pasrah,
bahwa atas izin Dia lah sesuatu terjadi,
dan Dia lah yang mengarahkan kehidupan saya.

Saya diajar untuk rendah hati,
untuk sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan dalam keputusan apapun,
karena saya tanpa Tuhan, hanyalah butiran debu tak berguna.

Dalam sekejap,
begitu banyak pembelajaran.
Rasanya seperti naik roller coaster tanpa ada jeda sedikitpun.
Melaju super cepat tanpa berhenti.
Hari-hari yang tiba-tiba dipenuhi hal-hal baru,
orang-orang baru.
Terlalu kilat.

Tapi pada akhirnya saya sungguh diajar bersyukur,
bahwa dalam apapun yang saya lewati,
saya diberi kemampuan dan kekuatan untuk tetap berdiri dan tetap bahagia.

"Terima kasih, Tuhan. Engkau amat baik."

Tetap Bersyukur!

Seorang teman baik yang sudah lama tak bertemu,
secara gamblang mengirimkan pesan kepada saya,
"Jel, gua ngiri deh sama lu. Hidup lu kayak enak banget.."
Saya tersenyum membacanya. "Yuk sini ketemuan," saya balas.

Selang beberapa hari,
kita bertemu dan bertukar cerita tentang hidup.
Dia dengan ceritanya, dan saya dengan cerita saya.

Lalu dia bilang,
"Ternyata gak seenak yang gua liat ya,
Setelah denger lu cerita, ternyata lu juga nanggung masalah yang sama beratnya kaya gua,
bahkan mungkin lebih berat"
Saya tersenyum lagi.

Nyatanya, tidak semua masalah harus diumbar,
saya lebih suka membaginya secara personal ketika bertemu,
Tentu, pada orang-orang yang sungguh peduli.

Setiap kita, pasti memliki masalahnya masing-masing,
tapi bagaimana di balik setiap masalah itu,
kita tetap bisa berjuang, tetap berdiri, tetap tertawa, tetap bersyukur,
itu bagian yang terpenting bagi saya :)