31 March 2016

.....

Ketika saya begitu senang bisa bertemu kamu,
melupakan semua kegiatan yang lain hanya untuk bertemu kamu,
tapi ternyata tak demikian dengan kamu.

Begitu banyak alasan kamu utarakan hanya untuk secepatnya berpisah.
Hati saya hancur.

Kamu bilang masalah ini harus ada solusi.
Lalu saya harus apa?
Saya harus apa, kalau kamu sudah tak mau luangkan waktu untuk saya?

Saya hanya bisa janji tak akan lagi mengganggu kamu.
Saya berhenti jadi hantu kamu.

19 March 2016

Percakapan Batin #1

X : Udah demam gitu, kenapa sih gak tidur aja?
Y : Gak bisa tidur, kamu pikirr.....
X : Kenapa?
Y : Terganggu.
X : Karena?
Y : Yaa.. Somehow aku ngerasa terlalu baik sama orang lain. Terlalu percaya sama mereka. Terlalu naif, karena selalu nganggep apa yang mereka omongin, itu yang bener-bener akan mereka lakuin. Dan kemudian kecewa, karena ternyata kenyataannya gak kaya yang mereka omongin. Rasanya aku perlu belajar banyak untuk bedain, mana orang yang bisa bener-bener aku percaya, mana yang nggak.
Oh, ada lagi. Aku juga perlu belajar banyak untuk bedain, mana bantuan yang bener-bener nyata dan mana bantuan yang pura-pura. Lama-lama sakit juga ketemu banyak orang yang pinter acting.
X : Ohh.
Y : Cuma Ohh?
X : Yaa.. gini. Kan kamu sendiri yang bilang, selalu percaya sama orang lain itu keputusan kamu. Dan waktu kamu bilang itu, kamu bilang juga kamu sadar, adalah hak mereka untuk buktiin, kalo mereka sebenernya bisa dipercaya atau ngga. Kalo nyatanya orang yang kamu percaya itu ngga ngelakuin apa yang dia omongin, ya itu hak mereka. Hak mereka untuk ngebuktiin, kalo mereka gak bisa dipercaya. Terus kenapa kamu jadi ngerasa terganggu sampe kaya gini?
Y : Hmm. Ya sih. Ya sih. Tau. Tapi susah ya ternyata ngelawan perasaan kecewa. Apalagi kalo kamu selalu anggep orang lain itu baik, sampe akirnya kamu nemuin, kalo perbuatannya gak sebaik kata-katanya.
X : Ya.. berlajar dari pengalaman lah, Mbok. Jangan punya ekspektasi apapun ke orang lain. Itu kan kamu bilang kunci bahagia?
Y : Ah kamu nih. Paling bisa ngebalikin omongan!
X : HAHA! ya udah, makin malem ini, kamu bisa makin sakit! Tidur sana. Nih, aku masih inget kata-kata Kak Sem pas kotbah waktu itu, "Kasih itu selalu memberi dan melepaskan". Memberi dan melepaskan. Dalam hal ini, bisa jadi diartiin, kalo kamu punya kasih, seharusnya kamu bisa memberi maaf dan melepaskan luka / kecewa / perasaan terganggu kamu ini.
Y : Hmmm. Iya. Memberi dan melepaskan. Memberi dan melepaskan. Memberi dan melepas......
X : ........ Yahh kan ditinggal tidur. Ya udah, tidur sana, semoga cepet sembuh ya, kamu. Semoga arti memiliki kasih itu bisa lebih nyata kamu lakuin. Memberi dan melepaskan. Aku sayang kamu.

18 March 2016

Tentang Ibu itu.

Dahulu saya pernah begitu percaya,
semua orang membantu karena hati yang tulus.

Tapi apa yang diperbuat Ibu itu menyadarkan,
bahwa di dunia ini,
beberapa orang hanya berpura-pura untuk membantu.

Tak semua orang yang mengulurkan tangannya untuk membantu kamu,
benar-benar ingin membantu.
Bisa jadi, mereka hanya ingin jadi orang nomor satu yang tahu tentang kesusahanmu,
kemudian di lain waktu bisa menjadikannya bahan pembicaraan,
Hingga mereka terlihat hebat (?)

Ah, tidak bagi saya.

Di mata saya, tidak ada yang pernah terlihat hebat karena menjatuhkan orang lain.

Saya juga tak tahu mengapa saya bisa tahu semuanya.
Tapi tak apa,
Tak ingin menghakimi dan membalas,
apa yang diperbuatnya, biarlah jadi tanggung jawabnya dengan Tuhan.
Saya hanya bisa berprasangka baik dan percaya,
kalau ternyata itu disalahgunakan,
ya sudah, cukup tahu.

Lagipula, mungkin ibu itu diutus Tuhan untuk menyadarkan saya,
sebelum saya jatuh terlalu jauh lagi,
karena terlalu percaya bahwa ibu itu orang baik.

Untuk seorang sahabat...

Agak sulit membuat kamu mengerti,
bahwa bahagia itu ada di hati.
Mau seburuk apapun keadaannya,
kalau ada bahagia di sana, semua akan jadi baik-baik saja.

Agak sulit membuat kamu mengerti,
permasalahannya tidak terletak pada pekerjaanmu,
tapi hatimu yang kurang bersyukur.

Agak sulit membuat kamu sadar,
kalau semua nasihat ini semata-mata untuk kebaikanmu,
ditengah tekanan penyakit ganas yang menggerogoti.

Akhirnya saya hanya bisa pasrah,
semoga dengan melakukan apa yang kamu sukai,
Kamu bisa menemukan arti yang selama ini kamu cari.

01 March 2016

Oktangel ♥

"Kamu tak perlu jadi pahlawan untuk dicintai,
karena orang yang mencintai kamu, akan membuat kamu menjadi pahlawan"
Kalimat dari film Deadpool ini merangkum sebagian besar hal yang terlintas di kepala saya,
membantu saya untuk menterjemahkan apa yang sudah lama ingin saya utarakan.

Sepuluh setengah tahun yang lalu,
secara tak sengaja, garis kehidupan kami bertemu.
Saling melintang, tepatnya di sebuah acara camping pramuka.

Dia datang dari cabang pramuka lain, yang kebetulan diajak oleh pembina pramuka saya,
Kamu tahu, saya selalu tertarik dengan pria yang bisa mengalahkan saya,
dan kali itu, dia mengalahkan saya.
Secara status, dia ada satu tingkat diatas saya, dia penegak, dan saya masih penggalang.
Menarik.
Saya tertarik.

Sosok pemimpin yang saya lihat dalam dirinya begitu menonjol,
dibalut sifat bersahaja dan humoris.
Tapi saat itu saya hanya bisa diam,
karena teman dalam regu saya membicarakan dan menyukai dia.

Dalam perjalanan pulang dari camping,
kebetulan kami berada dalam satu angkot yang sama.
Saya merasa ditatap dari sebelah kiri.
Lalu saya menoleh, dan ternyata dia.
Tatapan yang begitu dalam, tatapan yang masih saya ingat sampai sekarang.
Saya merasa tertantang, saya balas menatap,
biasanya orang yang ketahuan menatap saya, akan malu dan membuang pandangannya,
tapi dia tetap tak bergeming, terus menatap dan lama.

Sial, dalam hati saya.
Mengapa saya yang jadi canggung, padahal saya yang ditatap duluan.
Saya mengalihkan pandangan, tak mau lagi menatap.
Acara itu berakhir tanpa kami saling bertukar kontak.

Kemudian pada latihan-latihan pramuka berikutnya,
saya jadi terus menantikan dia datang,
padahal cabang pramuka kami berbeda.
Dan yaa, setelah camping itu,
memang dia jadi sering datang.

Melihatnya datang membuat saya tetiba tersenyum sendiri,
walaupun tak selalu ada kesempatan bercakap,
tapi melihatnya saja membuat senang.

Entah pertemuan ketiga atau keempat,
setelah selesai latihan pramuka, kami main basket dan setelah itu ngobrol.
Disanalah teman-temannya dan saudaraku beraksi.
Teman-temannya berteriak "Eh, dia mau tau nomor telepon kamu berapa nih..."
Saya diam saja dan tersenyum.
Tapi saudara saya yang jahil itu langsung menyebutkan nomor telepon saya.
Dia buru-buru mencatat.
Kemudian dia bilang.. "Nomor telepon aku, 0856 xxx xxx" sambil tertawa.
Saya balas tertawa, padahal dalam hati ingin juga tahu nomornya, tapi gengsi. -,-"

Hari itu juga,
setelah pulang dari latihan pramuka,
saya sedang ada di balik selimut saat ada pesan yang masuk.
"Hai ini Okta, aku ganggu gak?"
HAHAHAHAHA!
Kamu tau?
ini sms PERTAMA yang bisa bikin saya loncat dari ranjang dan nari-nari kegirangan di kamar.
Rasanya itu hal terbahagia yang pernah saya rasakan.

Kami sms-an, cuma 3 kali berbalasan, lalu pulsanya habis!
HAHA! Memang odong!
Setelah kami jadian, saya baru tahu kalau saat itu dia juga sangat senang mendapatkan nomor saya,
sehingga tanpa pikir panjang langsung sms tanpa melihat pulsanya.

Setelah hari itu, kami semakin dekat.
Menjelang tengah malam di tanggal 11 September 2005,
Dia mengirim pesan di sela-sela pembicaraan kita,
"Kamu mau aku jadi cowo kamu?"
Pertanyaan tricky! Dia ngga bilang "Kamu mau ngga jadi cewe aku?"
Saya merasa menghadapi pertanyaan yang lebih memberikan kebebasan.

Begini, "Kamu mau ngga jadi cewe aku?" hanya memberikan 2 kemungkinan jawaban, ya atau ngga.
Tapi ketika ditanya "Kamu mau aku jadi cowo kamu?" saya merasa diberi kebebasan untuk memilih.
Memilih siapa pria yang tepat untuk saya. Entah dia, entah bukan.
Jujur, saat itu saya memang dekat dengan beberapa pria.

Sulit untuk langsung menjawab "iya,"
karena saya sadar sebagian hati saya masih ada di antah berantah.
Belum balik sepenuhnya, karena sebelumnya baru saja pecah berkeping-keping.
Sebagian hati saya itu terjebak dalam zona "tak mau peduli dan percaya cinta".
Saya menjelaskan perasaan ini padanya, dan dia mengerti.

Saya bilang, mungkin perasaan cinta saya baru sekitar 60% kepadanya,
dan dia tak mempermasalahkannya.
Cinta bisa tumbuh seiring kebersamaan, katanya.
Dan dia terus menanti hingga perasaan saya bisa balik 100%.
Kami melandasi hubungan ini dengan doa.

Yang pasti ada banyak hal yang bisa diceritakan dalam kebersamaan selama lebih dari sepuluh tahun.
Saya masih ingat moment disaat dia belum punya mobil,
kemana-mana kita naik motor.
Dengan rela dia mau mengantar saya ke kampus (kira-kira perjalanan 2 jam),
dan kemudian setelah saya selesai kelas, kami balik bareng lagi (perjalananan 2 jam juga).
Dia mengajarkan saya ketulusan yang gak bisa dibayar pakai uang.

Pernah sekali waktu saat naik motor,
tiba-tiba hujan dan kami menepi di pinggir jalan.
Saat itu saya mau pergi ke pesta ulang tahun kakak angkat saya,
tapi ternyata celana saya kebasahan, dan saya mengurungkan niat untuk datang ke pesta,
Kami lalu menepi di warung indomie, memesan indomie serta roti bakar dan jus alpukat.
Pertama kalinya dalam hidup saya, saya makan di warung pinggir jalan, ditemani hujan.
Tapi saya merasa bahagia. Sangat bahagia.

Pernah juga kami kehujanan saat di motor.
Tiba-tiba hujan turun begitu deras,
kami berteduh di bawah pohon,
tetapi polisi yang kebetulan lewat menyuruh kami meyingkir dari sana,
karena takut pohon tersebut tumbang.
Jakarta saat itu banjir.
Kami menerobos hujan mencari tempat berteduh lainnya,
cukup lama kami menunggu, tetapi hujan tak kunjung berhenti.
Kami mengambil keputusan untuk menerjang hujan untuk pulang.

Itulah kali pertama dalam hidup saya, saya kehujanan.
Ibu saya selalu marah kalau saya main hujan, karena itu saya tak pernah merasakan kehujanan.
Saat itu saya sangat kedinginan, tapi moment itu selalu hidup dalam ingatan saya.
Kesederhanaan yang lucu, ia membawa kebahagiaan.

Maka ketika salah seorang anggota keluarga - diluar keluarga inti saya, tetapi masuk dalam daftar anggota keluarga yang dituakan-
tiba-tiba mengatakan..."Kamu gak usah sama dia ya.."
dengan alasan karena dia hanya punya motor, karena dia kurang dalam hal materi,
sesungguhnya saya sama sekali tak peduli.
SAMA SEKALI.

Bukan bermaksud untuk tidak patuh,
Tapi saya tak pernah menganggap uang itu segalanya,
tentang ini, pernah saya tulis di sebuah postingan disini
Saya percaya, hasil / materi akan mengikuti apa yang kita lakukan.

Memang ada orang-orang yang terlahir kaya, dan kekayaannya turun-temurun,
tapi saya orang yang sangat menghargai proses & perjuangan.
Bagi saya adalah lebih baik berusaha dari nol,
karena toh saya sadar, saya pun bukan orang kaya,
kerja keras sudah menjadi etos kerja hidup saya.

Saya ingin berjuang bersama, bukan menjadikan pasangan saya sebagai atm berjalan.
Kamu tahu nikmatnya berusaha bersama dari nol? Tidak ada tandingannya, teman.
Kami jadi lebih menghargai setiap proses kehidupan yang kita lakukan bersama.
Saling menopang ketika salah satunya lemah.
Saling menyemangati, saling mendoakan.

Nyatanya, banyak hal yang membuat saya lebih bahagia daripada sekedar materi,
dan saya mengatakan ini karena saya sudah benar-benar merasakannya bukan hanya karangan belaka.

Bagi saya, yang terpenting adalah hati, bukan materi.
Saya menjalani hubungan karena ingin berkolaborasi, bukan mau ber-parasit.
Bukan karena saya merasa ada yang kurang, ada yang harus dilengkapi, bukan.

Tanpa dia, saya sudah utuh. Tanpa saya, dia pun utuh.
Tapi kami menjalin hubungan, agar yang utuh-utuh tersebut menghasilkan karya yang keren karena berkolaborasi.

Saat ini, masalah tersebut sudah lewat jauh.
Hubungan kami sudah naik tingkat lagi.

Bohong kalau selama lebih dari sepuluh tahun kami selalu adem ayem.
Ada banyak permasalahan yang terjadi.
Ketidakpercayaan, kesalahpahaman, kegagalan, sakit hati, dan lain sebagainya.
Tapi saya sungguh percaya, ketika dua orang ingin selalu bersama,
dan menyerahkan hubungannya pada Tuhan,
pasti akan selalu ada jalan yang terbaik.

Saat ini saya ingin bersyukur untuk semua jalan terbaik itu.
Mensyukuri kebersamaan kami.
Mensyukuri kehadirannya dalam hidup saya.

Dia selalu mengajarkan begitu banyak hal berharga yang tak ternilai,
penerimaannya selalu membuat saya nyaman dalam ketidaksempurnaan,
dan menjadi tempat dimana saya selalu bisa merasa pulang, kembali menjadi diri saya sendiri.

Saya merasa dicintai sepenuhnya.
Dan, yaaa benar!
"Kamu tak perlu jadi pahlawan untuk dicintai,
karena orang yang mencintai kamu, akan membuat kamu menjadi pahlawan"