11 August 2015

..

Kepercayaan seringkali datang tak terduga.

Banyak kali saya utarakan,
saya tak mampu,
tapi kepercayaan itu tetap diberikan.

Maka jika ditanya, kenapa tak ditolak?
Saya merasa kepercayaan adalah salah satu jalan,
cara Tuhan membimbing saya.
Entah kemana.

Saya hanya perlu ikut.

Memaksa diri saya lebih lagi,
agar kepercayaan itu tak berujung kecewa.

10 August 2015

Jujur, Tulus, Sederhana

Awalnya saya berpikir,
seni peran adalah seni berpura-pura.
Bagaimana kita bisa memerankan orang lain.
Bagaimana kita bisa 'menjadi' orang lain.
Tapi saya salah besar.

Nyatanya seni peran adalah seni untuk jujur.
Jujur dengan diri sendiri,
Jujur dengan perasaan,
Jujur dalam berekspresi.

Menggali semua potensi diri sendiri.
Tanpa berlebihan.
Tulus mendukung lawan main,
Sederhana dalam bertindak.

Semakin jatuh cinta,
semakin saya sadar,
kini sulit bagi saya untuk 'berpura-pura' lagi.

Maka tulisan ini saya dedikasikan untuk Bang Eka D. Sitorus,
yang telah memberikan pemahaman yang benar tentang seni peran,
yang selalu mengajarkan saya untuk tetap jujur, tulus, dan sederhana.
Bukan semata dalam seni peran tapi dalam kehidupan sehari-hari.

Thank you Bang Eka :)

05 August 2015

Trauma

Baru kali ini kita bertemu.
Satu jam yang singkat,
kita habiskan dengan lepas.

Saya ikuti kamu,
menuruti setiap apa kata-katamu.

Sengaja.
Karena saya mau.

Tapi tanpa sadar,
ternyata kamu menganalisis saya.
SIAL!

Kamu bilang saya trauma.
Saya bilang kamu sok tahu.

Saya terganggu.

Disimpulkan oleh seorang asing.

Saya terganggu.

SIAL! lagi lagi SIAL!

Dalam perenungan,
saya menemukan ternyata kamu benar,
saya memang trauma.

Tapi tak pernah sadar..

Baiklah!
Saya akan hadapi trauma ini bersama kamu!
Saya siap untuk bertemu lagi minggu depan!

03 August 2015

...

Pada akhirnya tersesat,
terjebak,
dalam rasa kehilangan yang tak perlu,
karena sudah jadi rutinitas.

Padahal semua yang indah, tak harus eksis, kan.

Ia lengkap,
meski tak terekspos.
Asalkan hati masih bisa merasa.

Jangan sombong! :)

Mimpi itu harus dihidupi, sayang.

Kamu tak bisa ada di dimensi waktu ini,
tanpa menggenggam tujuan.

Cobalah tutup telinga,
Biarkan kaki tetap melangkah.

Bahwa memiliki impian,
akan selalu memberi harapan.

Biarkan nyawa itu menyatu dalam nafasmu,
berdenyut seiring jantungmu,
menajam, terarah, fokus, tepat sasaran.

Biarkan dirimu melayang melampaui batas,
mendobrak setiap kalimat "tak mampu" dan "tak bisa"

Menjadi sebuah pembuktian,
Kita akan selalu menjadi apapun yang kita mau.
asalkan berusaha.

Untuk kamu...

Lagi,

saya berusaha menterjemahkan setiap emosi,
menjadi deretan kalimat yang bisa mewakilkan rasa.

Kali ini giliran cinta,
Kamu tanya apa itu.

Saya tercekat,
tak ada satu kata pun yang bisa terucap.
Detik ini saya baru sadar,
saya tak punya definisinya.

Tapi saya tahu kamu salah.
Cinta yang benar tak seharusnya individualis.
Saya yakin cinta harus didasari kolaborasi, bukan parasit.
Saya yakin cinta harus selalu percaya.
Saya yakin cinta berkaitan erat dengan komitmen.

Itu tak ada padanya, bukan?

Maka jangan tanyakan lagi,
kamu sudah tahu akan saya jawab apa :)

02 August 2015

Jujur

Terlempar ke masa lampau,

Saya masih dengan seragam putih merah,
perbendarahaan kata saya masih tak banyak.
Tapi orang besar itu selalu bilang, 
"kamu harus berkata jujur!"
Entah mengapa, kalimat itu tertancap dalam ingatan.

....di kemudian hari, jujur jadi sesuatu yang penting.
Paling tidak bagi saya.

Rasa tak tenang selalu menghantui,
ketika kata terlontar tak sesuai hati.

Orang besar itu kini datang lagi,
di saat saya sudah cukup besar untuk menentukan sikap.

Mereka memaki,
karena saya jujur.
karena saya tak terbiasa untuk cepat cari alasan.
Mereka bilang saya bodoh.

Sesungguhnya ada bagian dalam batin saya berontak,
geram tak karuan.

Bagaimana mungkin, jujur jadi salah,
padahal dari kecil mereka ajar saya untuk punya prinsip.

Dalam sedih saya meratap,
Barangkali, munafik memang sudah jadi trend,
mengalahkan hati nurani.

.....

dan saya selalu hanya jadi bagian kecil dari minoritas,
yang masih ingin bertahan untuk jujur,
setidaknya menyelaraskan apa yang terasa dengan apa yang terucap.
Walau mereka selalu bilang tolol.

Malam yang sentimentil

Kenyataan bahwa tiap menit,
selalu ada hal tetiba terlintas,
membuat tertatih.

Si penikmat rasa, begitu predikatnya.
Terlalu mendalami, hingga hampir gila.
Lalu semua jadi kusut di malam ini,
karena sulit diungkap.

Mendefinisikan selalu jadi hal yang sulit.


....karena semua harus sempurna.