15 December 2014

Kepada Anda yang terhormat!

Serpihan hati itu kembali saya rangkai.
Berulang kali saya gumamkan, bahwa saya harus tegar.
Tapi kali ini saya lemah dan tenggelam.
Saya benci pada ketidaksempurnaan,
dan itu termasuk benci pada Anda,
si penghancur impian.

Anda perlu tahu, bukan nilai yang saya tuju.
Cara Anda memperlakukan saya, itu yang tidak dapat saya terima.

Saya bergerak menyasar target yang jelas.
Seluruh tenaga saya kerahkan untuk mendekati target itu.
Berusaha lebih keras, jauh dari yang Anda pikirkan.
Karena kesempurnaan itu yang selalu ingin saya capai.

Kaki saya sudah melewati target yang Anda inginkan,
yang pada awalnya saya rasa mustahil.
Lalu Anda datang, dan menggeser target itu.
Jauh!
Justru di titik penghabisan saya.
Disaat saya tak punya waktu lagi
Dan target itu kini tak bisa lagi saya gapai.

Hai pecundang,
Betapa saya benci Anda!

Anda panik, saya maklumi.
Anda membuat semua hal berbelit, saya mengerti.
Tapi jika Anda menghancurkan impian saya, saya tidak akan bisa terima.
Sampai kapanpun.

Kecil, tapi berarti.
Ini jadi pelajaran untuk saya,
bahwa tak perlu percaya pada nilai.
Diri terlalu berharga untuk dinilai pada selembar kertas

Dan satu lagi.
Anda sangat tidak patut saya hormati!

Oh tapi jangan khawatir,
Saya tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh Anda.
Saya akan tetap kuat.
Lebih kuat dari usaha Anda menghancurkan saya.

0 comments: