16 October 2011

Kejujuran itu...

Tak mampu lagi dia menatap kamu. Kamu begitu dipenuhi emosi dan matamu menyiratkan kekecewaan. Dia memberanikan diri bersuara, “Maaf yang, aku…”

“MASI BISA KAMU BILANG MAAF? GA MALU SAMA DIRI SENDIRI?,” Kamu memotong kata-katanya dan mendorong kepalanya dengan telunjukmu dengan kasar. Dia terdiam, kembali tertunduk. Aroma penyesalan sungguh terlihat dari sorot wajahnya.

“aku minta maaf,yang,” hanya itu yang dapat terucap dalam isakannya. Kamu tak lagi berkata-kata, hanya memandangnya sinis seperti memandang seorang perempuan jalang. Tak ada lagi rasa sayang disana, tak ada lagi kasih, hanya ada api. Api emosi yang terus membara. Kamu diam. Kamu begitu kecewa dan hatimu begitu sakit. Beberapa saat hanya terdengar isak tangis dia.

“Kenapa kamu bisa ngelakuin itu? Di mana aku saat kamu ngelakuin itu? Dimana? Apa aku cuma ada di dengkul kamu? lalu status jadian kita selama ini buat apa? cuma sebagai status? kamu ngga pernah anggep aku ada? iya?!,” Kamu berteriak di depan wajahnya. Perempuan itu bergeming. Wajahnya menyiratkan kepedihan yang mendalam. Ia menarik nafas sebelum akhirnya bisa menjawab.

“Aku sayang kamu, maaf yang.. Aku tahu aku salah, aku akan perbaikin semua itu. Segala pemikiran salah aku yang dulu, ngebuat aku bodoh dan bisa ngelakuin itu. Tapi aku bener-bener sayang kamu dan selamanya aku mau sama-sama kamu,” dia menangis memilukan.

Aku terdiam disana, mengamati semua peristiwa itu tanpa kalian tahu. Aku mengerti bahwa seseorang seperti dia tidak mungkin melakukan kesalahan bodoh, karena selalu menggunakan pikirannya dalam bertindak. Tapi kali ini berbeda. Pikiran yang menjadi dasarnya berpijak selama bertahun-tahun didasari pada suatu pokok yang salah dan pikiran itu berkembang menjadi perbuatan yang sangat salah. Tidak ada akhir yang benar dari sebuah dasar yang salah, bukan?

Di posisiku yang netral, aku juga bisa mengerti perasaanmu. Kamu begitu menyayangi dia, kamu yang begitu mau melakukan segalanya hanya untuk dia, tentu kecewa dengan sikapnya. Dia selalu menjadi kebangganmu, dia selalu menjadi pujaanmu, tapi kini menghajarmu dengan kejujuran pahit. Kejujuran bahwa dalam sekali waktu, ia pernah membagi hatinya dengan orang lain. Segala keyakinanmu tentangnya kini runtuh, yang tersisa hanya kekecewaan. Tak ada lagi harapan, tak ada lagi malaikat itu.

“Aku ngga pernah mikir kalo kamu begitu lemah, kamu orang yang selalu aku bangga-banggain di depan temen-temen aku, aku bilang ke mereka kamu wanita yang kuat, yang yakin hatinya cuma untuk aku, tapi apa? KAMU CUMA JABLAY!!,” teriakmu membuat ruangan yang hampir kosong itu menyadari keberadaan kalian. Beberapa pasang mata kini mengarah kepada kalian.

Aku tersentak mendengarnya. Seketika, kutahu kepercayaan dirinya akan hancur, sehancur hatimu. Dia orang yang kuat, yang selalu menghadapi semuanya dengan senyuman. Tapi aku tahu, bahwa perasaan egoisnya cukup tinggi, sehingga ia tak akan membiarkan dirinya direndahkan, bahkan dihina serendah itu. Aku menanti tak sabar, apa yang akan dilakukannya dalam situasi ini. Dia menatapmu pedih. Kamu dengan segala gejolak dalam hatimu terus melancarkan kata-kata yang kutahu pasti akan sangat menyakiti dia, begitu juga hatimu.

“Aku tau aku salah, yang. Tapi aku bukan jablay,yang, aku bukan jablay. Aku… aku…,” kalimatnya tak selesai, terpotong dengan tangisnya yang tak lagi bisa dibendung. Dia menutup wajahnya. Kamu mulai terlihat merasa bersalah dengan kata-katamu. Jauh di lubuk hatimu, aku tahu masih ada rasa sayang yang emndalam disana. Tapi memang benar, terkadang emosi bergerak lebih cepat daripada pikiran kita. Memang benar kita akan saling menyakiti ketika emosi, dan begitu menyesal ketika menyadarinya. Aku tahu ini akan jadi hal yang sangat berat untukmu. Aku tahu kamu sangat ingin merengkuhnya, meredakan tangisannya, seperti yang kamu janjikan padanya bertahun-tahun lalu, dan selalu kamu tepati. Tapi kini kamu terlihat kehabisan daya.

Kalian berdua pada detik ini begitu asing bagiku. Kamu bukan orang yang mudah terbawa emosi, kamu selalu bisa meredakan emosimu, bahkan teman-temanmu selalu mengandalkanmu untuk menyelesaikan masalah, dan kamu adalah orang yang paling bijaksana diantara mereka. Kamulah sang motivator. Begitu pula dia. Dia orang yang kuat, yang akan menghabiskan harinya hanya dengan semangat dan senyuman. Tapi kini, yang nampak di mataku, hanya kamu yang begitu murka dengan dia yang begitu lemah dalam tangisannya. Aku yakin, ini hal yang sangat sulit untuk kalian berdua.

Lama ada diam disana, dia terus saja menangis. Tubuhnya bergetar dan akhirnya menggumam, “Aku memang ngga sempurna, aku memang murahan, aku memang ngga berharga, aku memang jablay, dan aku ga akan pernah pantes lagi untuk kamu, aku ngga berharga, aku ngga berharga lagi, aku bukan si manusia spesial untuk kamu, aku bukan dia yang bisa kamu bangga-banggain lagi, aku bukan dia, aku bukan dia, aku bukan lagi si manusia berharga itu.,“ dia terus menggumam, membuatku serasa ingin menghampiri dan memeluknya. Kamu menunduk dan akhirnya memotong gumamannya,

“Maafin kata-kata aku,yang, aku mohon tolong jangan ucapin kata-kata itu lagi..”ucapmu. Ini sukar. Sebagai pengamat pun, aku tak tahu apa yang dapat kusarankan untuk kalian lakukan. Kamu terbunuh dengan rasa sakit hati dan kekecewaanmu yang kutahu akan sulit diredakan. Di satu sisi, dia terbunuh dengan perbuatannya yang sangat ia sesali.

Bisa saja selamanya kebodohan itu tak pernah diungkapnya. Semua hanya tentang masa lalu yang sangat dia sesali dan sungguh tak akan pernah ingin dia ulang lagi. Tentu bukan tanpa alasan jika selama ini semua itu dirahasiakannya. Di setiap malammu yang kamu habiskan dengan mencari jawaban, tiap malamnya dia habiskan untuk berpikir bagaimana caranya bisa menyampaikan semua hal ini padamu. Dia tak mau suatu saat, kejadian yang dia takutkan seperti ini akan terjadi.

Tapi dia sadar satu hal, dia tak akan bisa terus menerus lari dari kenyataan. Kesalahan itu memang harus diakui dan kenyataan memang harus dihadapi. Segala perbuatan sepaket dengan resikonya. Jangan curang dan jadi pengecut,dia sudah memilih perbuatan, harus berani tanggung resikonya. Dan disinilah kalian sekarang, disaat kejujuran terlontar, begitu menyakitkan. Dia memilih jujur, karena dia merasa kamu memang harus tahu. Dia memilih jujur meski belum siap dengan resikonya. Dia tahu, kamu mungkin akan sangat membencinya, merasa jijik dengannya dan tak akan pernah mau menghabiskan hari-harimu dengannya.

Kamu akhirnya mendapati jawaban yang selama dua bulan ini selalu kamu pertanyakan dalam hatimu. Kamu mendapatkan jawaban dari segala hal yang membuatmu tidak bisa tidur tiap malam, tapi sungguh kamu tak mengira jawabannya akan seperti ini. Kamu berpikir kamu akan kuat menghadapinya, kamu telah mempersiapkan hatimu sedemikian tegar. Tapi kamu salah. Kenyataan lebih sakit daripada yang kamu kira. Kamu tak bisa berdamai dengan hatimu.

Berusaha mencintai dengan sepenuh hatimu, itu yang selalu kamu lakukan, tapi balasannya sungguh menyakitkan. Dia membagi perasaanya dengan orang lain, dia seperti tak menganggapmu ada. Kamu menjadi sesak, keyakinanmu akan cinta sangat runtuh. Kamu terus menyangkal realita, kamu terus berharap ini hanya mimpi. Kamu marah, kamu benci, tapi kamu tak tahu harus benci pada siapa dan marah pada apa. Nyatanya tak ada yang dapat terselesaikan dengan amarah. Semuanya hanya akan membuat sakit hati bertambah dan jarak antara kalian semakin terbentang.

Tak ada lagi yang dapat diperbuat dengan masa lalu. Hanya sekali saja waktu datang menghampiri kita, kemudia dia akan terus berjalan dan hanya akan meninggalkan kenangan. Kita tak bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan, kita tak akan bisa mengubah apapun. Hal ini telah dia sadari sampai tak bisa bernafas. Ingin dia bisa kembali dan meluruskan segalanya, tapi betapapun dia berusaha, dia tak akan pernah bisa kembali ke masa lalu. Yang dapat dilakukannya hanya berjalan menatap lurus ke depan, mengambil semua pelajaran dari masa lalu dan secepatnya melupakan kepahitan.

Yah, tapi itulah masalahnya, masa lalu itu tak bisa diterima oleh kamu dan pikiranmu seperti terkunci disana. Aku tahu semua ini sangat berat, untukmu dan untuk dia. Kamu merasa terhianati sedangkan dirinya merasa begitu bodoh. Kamu terluka karena merasa telah menyayanginya sepenuh hati sedangkan dia merasa tersiksa karena baru menyadarinya sekarang. Kamu belum bisa berdamai dengan hatimu sedangkan dia merasa tak berharga dengan masa lalunya. Kamu merasa tak ada lagi harapan sedangkan dia merasa tak ada yang dapat diperbuat untuk menjadikan dirinya berarti. Kamu hancur sedangkan dia ingin mati.

Kalian tak tahu langkah apa yang seharusnya diambil. Kalian tak tahu lagi bagaimana menghadapi hari esok. Kalian mendadak buta. Tapi cinta itu begitu menonjol sekarang. Cinta itu begitu kuat terlihat. Kalian mempercayai cinta yang akan menuntun dan memang benar demikian.

“Aku udah maafin kamu. Aku ga mau kita begini terus, aku capek. aku sayang kamu dan selamanya rasa sayang aku ga akan pernah berubah.“ Katamu seraya memeluk dia. Aku tercengang. Kamu betul-betul mencintainya. Kamu mengedepankan cinta itu diatas seluruh rasa egoismu. Aku sungguh terharu. Baru pernah kulihat ada cinta sebesar ini. Memaafkan dan mau menerima kesalahan yang sangat menyakitkan.

Dia menatapmu tak percaya. Pelukanmu segera dibalasnya, dengan air mata yang segera membanjiri pipinya. Dia tahu ini sangat berat untukmu, dia tahu kamu butuh waktu yang lama untuk sembuh, tapi kamu mau mencoba. Kamu mau mengusahakan yang terbaik untuk hubungan kalian. Air mata itu merupakan air mata penyesalan, yang akan dapat selalu memperingatkan dia untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Air mata itu juga menjadi luapan kebahagiaan yang tak bisa lagi diungkapkan lewat kata-kata. Betapa dia bangga memiliki kamu dalam hidupnya.

“Maafin aku untuk kata-kata kasar aku, aku emosi. Tapi mau gimanapun kamu, kamu tetap malaikatku dan aku akan tetep mencintai kamu,”kamu melanjutkan kalimatmu.

“Yang, kamu ga perlu minta maaf, aku yang salah, aku yang salah.. Kamu ga perlu lagi minta maaf. Aku pantes terima itu semua dari kamu, aku memang salah. Aku bener-bener janji, yang, aku mau berubah dan ga akan pernah ngelakuin kesalahan bodoh yang ngelukain hati kamu lagi,” dia mendekapmu semakin erat. Kamu perlu waktu untuk menjawab kalimat itu.

“Aku percaya sama kamu.” Aku tahu kamu terluka, tapi kamu tetap bertahan, kamu tetap percaya. Kamu tetap ada disana untuk menyanyanginya.

Hati dia sebenarnya tersayat. Begitu besar cinta yang dia dapatkan dari kamu. Betapapun dia telah salah jalan, betapapun dia telah salah langkah, kamu masih mau mamaafkan dan menerimanya. Kamu mencintainya tulus, apa adanya, tanpa syarat apapun. Lagi-lagi kamu membuktikan bahwa kamu mencintainya sekaligus kekurangannya.

“Kita ngga usah ungkit masa lalu lagi ya.. Aku tahu kamu pernah salah, dan aku percaya kamu ngga akan ulangin itu semua. Hati aku memang belom bisa berdamai sama semua ini, tapi aku akan coba. Aku bener-bener sayang kamu dan ngga mau pisah dari kamu..” kamu menyelesaikan kalimatmu.

Aku akhirnya bangkit meninggalkan kalian. Memang tak ada yang bisa kuperbuat dengan tubuhku yang hanya berbentuk roh. Menyentuh dan berbicara dengan kalianpun aku tak bisa. Tapi tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Kalian, teman baikku, dan aku sangat mengerti seperti apa cinta kalian. Cinta itu seperti yang kuyakini sebelumnya, begitu besar. Hanya saja selama ini kalian membiarkannya tertidur dan tak pernah sadar bahwa cinta itu begitu besar. Mungkin cinta itu di ungkapkan dengan cara yang salah, kesalahpahaman yang tak diungkapkan dan akhirnya menjadi malapetaka. Tetapi lewat ini semua, kalian benar-benar disadarkan bahwa cinta itu ada disana, ia tumbuh di hati kalian dan akan terus tumbuh jika dirawat.

Inilah gunanya kesalahan. Memang ada beberapa hal yang harus dilalui dengan rasa sakit untuk merasakan yang lebih indah. Untuk menyadarkan kesalahan yang telah ada selama bertahun-tahun. Kita memang butuh perubahan dan terkadang tak ada cara lain untuk menyadarkan kita bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan, selain dengan memberikan rasa sakit. Untuk menyadari bahwa disekeliling kita masih banyak yang berarti dan begitu indah. Dan satu lagi, jangan pernah lagi menyerah untuk cinta. Dia adalah sesuatu yang butuh perjuangan.

0 comments: