03 September 2015

Memberikan yang terbaik

Segalanya terlihat baik-baik saja,
tapi saya tau ini masih kurang,
karenanya saya memutuskan bertemu kamu.

Pertemuan pertama,
saya merasa bodoh,
mengijinkan kamu menyiksa saya.
Sungguh buat tubuh saya lemah.

Saya pikir ini akan jadi pertemuan terakhir kita.

Ternyata kata-katamu terngiang-ngiang,
"Inget untuk apa kamu mulai ini. Butuh passion untuk bertahan. Kalau diluar sana orang-orang bisa melakukan lebih, masa kita gak bisa? Masa kita gak bisa kasi yang terbaik?"

Kamu menang!

Kamu menang!

Memberikan yang terbaik memang tujuan saya datang kepada kamu.
Dan kalimat itu, TELAK menusuk hati saya.

Pertemuan kedua dan ketiga,
Pasrah.
Saya tau ini akan sulit,
tapi mengikuti segala arahanmu merupakan sebuah keputusan yang tak akan saya tarik mundur.
Maka saya membiarkan kamu membentuk saya sedemikian rupa.

Sakit.
Saya membawa diri saya bertahan di ambang batas.

SAYA TAK AKAN MENYERAH.

Pertemuan keempat.
Menit-menit yang menyiksa mulai lagi.
Saya jalani.
Mendasari hati saya dengan kalimat, "ingin memberikan yang terbaik".

Di antara waktu istirahat yang singkat,
saya ambruk seambruk-ambruknya, rasanya sulit mengangkat tubuh lagi, tiba-tiba kamu memecah keheningan..
"Saya liat kamu orangnya tahan sakit, mau berusaha.."
Saya tersentak. Memandang kamu. Kamu melanjutkan,
"Saya udah banyak ngajar anak murid, dan saya bisa bedain mana yang ngasal dan mana yang bener-bener mau usaha. Saya liat kamu orangnya tahan sakit, mau berusaha. Kamu mau untuk bagus, untuk perfect.."
Saya memandang kamu tak percaya. Bagaimana bisa seseorang yang baru 4 kali bertemu dapat menyimpulkan saya tanpa meleset sedikitpun.
Seakan tahu apa yang saya pikirkan, kamu memastikan, "iya kan?"
"Yes Miss. Yes, I am," ujar saya.

Kamu mungkin tak akan pernah mengerti,
betapa berartinya kalimat simpulan itu bagi saya.
Thank you Miss.

Semoga nyawa itu tetap ada pada saya, hingga
ketika berpeluh saya tetap bisa menari,
ketika terluka saya tetap bisa tersenyum,
dan tak peduli berapa kalipun banyaknya saya terjatuh,
saya tetap bisa bangkit berdiri dan tidak menyerah.

Karena pertemuan-pertemuan selanjutnya,
saya yakin,
butuh lebih dari sekedar perjuangan untuk bertahan.

1 comments:

Unknown said...

Kak tulisannya keren2 ...sukses terus ya😀😀