08 April 2013

Ini masalah hati.

Ini masalah hati.

Ia memberanikan diri datang kesana untuk sekian kalinya.
Berharap hatinya akan baik-baik saja.

Tapi ternyata dua sanggup mengacaukan hidupnya seketika.

Pertahanannya tak cukup kuat.
Meski sudah dibangun dengan seribu kata-kata yang menguatkan
dan perasaan yang terus saja dibesar-besarkan.

Hari itu ia pasrah.
toh ketakutan memang harus dihadapi.

Mereka tidak ahli,
yang satu itu kini begitu menyakitkan,
lalu harus jadi dua.
Ia meronta dalam hati.
Kenapa harus dua?
Ingin diberhentikannya semua yang membuatnya hampir gila ini.
Tapi semua terlanjur berjalan dengan arus yang tak dapat dihentikan.

Ini masalah hati.

Lalu ia jadi benci.
Benci sebenci bencinya.
Bukan pada mereka.
Bukan pada keadaan.

Seperti biasa,
Ia benci dirinya.

Sebagian merasa terlalu lemah.
Sebagian lagi merasa terlalu arogan.
begitu memaksakan ketidakmampuan.

Ini masalah hati.

Ia buru-buru menghindari keramaian.
Tanpa peduli lagi apa yang terjadi di sekitar.
Hingga tiba ditempat yang benar-benar sendiri.

Sepi,
tangisnya pecah.
Entah menangisi kebodohan, ketegaran atau kelemahannya.
Ia pun tak mengerti.

Yang ia tahu,
dua,
dan nyeri.

Bodoh.

Perih.

Lalu kamu datang,

Kamu memang selalu mampu meredam tangis.
Menghapus luka mengganti dengan senyum.

Senyum meski pipinya masih basah dengan tangis.

Ini masalah hati.

0 comments: