16 July 2017

Tentang Berdoa

Pernah gak sih kalian ngerasa takut untuk berdoa,
terutama karena apa yang kalian doain,
bener-bener dikabulin secepet kilat?
Tapi dikabulinnya dalam bentuk yang berbeda.

Akhir-akhir ini, doa saya dijawab sangat cepat. SANGAT CEPAT, sampai-sampai saya takut.

Saya berdoa meminta kebijaksanaan untuk menghadapi anak buah,
selesai berdoa, otak yang sudah letih ini langsung memerintahkan mata untuk terpejam.
Tapi saat itu pula saya tiba-tiba sadar,
dalam transaksi toko di hari itu,
ada uang toko yang hilang,
pegawai saya ada yang tidak jujur.
Saya juga heran, kenapa bisa mendadak ingat,
padahal sedang tak pegang buku catatan dan kalkulator.
Semalaman saya jadi tak bisa tidur,
memikirkan kalimat apa yang harus saya sampaikan besok pagi,
yang baik untuk semua pihak,
yang tidak menyakiti hati orang lain.

Saya berdoa meminta kesabaran,
Tak lama kemudian, saat sedang PMS,
dan dalam keadaan yang lumayan tertekan,
karena waktu mepet untuk pergi ke suatu acara,
saya harus bertemu customer "gila",
yang berteriak-teriak seperti orang kesetanan,
memaki-maki saya dengan semua nama hewan di kebun binatang bertebaran,
di depan toko saya, sehingga menyita perhatian semua orang,
hanya untuk berusaha menutupi kesalahannya sendiri.

Jujur, sebenarnya saya jadi takut berdoa.

Beruntung, saya mampir ke blog nya Ka Enda disini
sepertinya Tuhan memang mau saya melihat kesana.
Tuhan mau saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan abstrak yang sudah bermunculan di kepala saya.

Kata Ka Enda,
"Tuhan menggarap "pemohonnya", bukan "permohonannya".
Allah lebih tertarik membentuk kita, dibandingkan melepaskan persoalan kita."

Saya jadi lemas.

Pikiran saya sudah melayang,
membayangkan akan seperti apa hidup yang akan saya jalani,
kalau saya meminta sesuatu.

Saya akan selalu bertemu persoalan-persoalan,
bertemu hal-hal yang justru dalam kehidupan normal saya hindari,
saya jauhi dan sungguh tak ingin terlibat.

Seketika,
batin saya menapar saya bolak-balik,
dia mengajak saya untuk sadar sesadar-sadarnya,
bahwa hidup bukan tentang menghindar,
tapi tentang menghadapi.

Bagaimanapun saya berusaha menghindar,
Jika Tuhan sudah berkehendak,
mau tidak mau harus saya hadapi.

Dan untuk setiap hal yang akan saya hadapi,
saya perlu selalu meminta dari Tuhan,
karena tanpa Dia, saya tak punya apa-apa,
tanpa Dia, saya bukan siapa-siapa.

Kalau boleh,
saya ingin ikut mengutip kalimat Denny Siregar, dalam buku "Tuhan dalam secangkir kopi",
Meminta itu mudah. Yang sulit adalah menjalani proses menuju tempat permintaan itu dikabulkan.

Batin saya berisik, menantang diri saya sendiri.

Meminta memang mudah.
Tapi sungguh kuat kah saya bertanggung jawab menjalani proses menuju tempat permintaan itu dikabulkan?
sungguh kuat kah saya tidak lari ketika keadaan semakin sulit?
sungguh mampu kah saya menegakkan kepala
ketika yang dihadapkan pada masalah yang bertubi-tubi?

Pada akhirnya, pertanyaan batin saya berujung pada,
Sungguh percaya kah saya, bahwa Sang Pencipta sedang mengarahkan saya
untuk masuk dalam rencanaNya yang begitu besar dan terbaik bagi saya?

Jika jawabannya "percaya",
harusnya tak ada kata menyerah dalam kamus.
Karena apalah arti masalah-masalah yang dihadapi,
ketika dibandingkan dengan rangkaian rencana Sang Pencipta yang besar?
Berdoa, terima, hadapi.

Sesederhana itu.

1 comments:

Unknown said...

Sederhana sekali.