14 March 2015

Selamat!

Pada suatu siang, di satu hari yang cerah,
tanpa tahu apa sebabnya,
kamu ditarik ke pinggir jurang,
dihadapkan pada pilihan,
apakah kamu akan loncat atau mati ditembak.

Pistol itu sudah ditodongkan kepadamu,
tak ada waktu lagi.

Kamu melongok ke arah jurang,
tak terlihat dasarnya, hanya ditutupi kabut yang pekat.

Kamu pilih loncat!
Kamu pilih loncat dengan berharap bahwa masih ada asa untuk hidup.

Melambungkan badanmu dengan meloncat tinggi-tinggi sebagai persiapan memasuki jurang.
Matamu kaupaksakan terbuka,
melihat segala yang terjadi.
Karena bisa jadi ini masa yang tidak akan terulang,
Satu masa dimana kamu memilih keputusan penting.
Kamu memilih untuk sadar. Sepenuhnya.

Gravitasi mulai menyeretmu ke bawah,
jauh lebih cepat dari yang kau bayangkan.

Detik terakhir sebelum kamu berpikir bahwa hidupmu akan benar-benar habis,
tubuhmu tersangkut pada dahan pohon,
dan itu membuatmu sedikit tertahan dan tak melaju ke dasar jurang lagi.
Kamu mulai mengembangkan sayap di tangan kirimu.
Sayap yang selama ini tidak pernah kau gunakan,
karena selalu berada di zona aman.

Sayap itu tidak bisa mengembang,
Kamu berusaha lebih keras sampai frustasi.
Dan dahan itu kini patah.

Tubuhmu kembali melesat kebawah.
Tanpa arah.
Sayapmu masih tak dapat mengembang.
Pikirmu sudah tidak akan ada yang dapat menolong, tamat sudah.
Kamu menutup matamu.

BRAK!
Tiba-tiba tubuhmu tertahan oleh dahan lain.
Kamu mulai membuka mata.
Secercah sinar mentari menerobos penglihatanmu.
Masih ada yang ingin kamu selamat.

Tekad itu muncul dalam hatimu.,
Kembangkan sayap!
Dan bantu diri sendiri.

Kali ini kau coba kembangkan keduanya.
Kanan dan kiri.
Tak bisa.
Kamu berusaha lebih keras.
Menangis tidak ada gunanya.
Pikiran dan tenagamu harus dikerahkan sepenuhnya saat ini!

Kamu dipaksa!

Satu yang kamu tidak pernah tahu,
Bahwa mengembangkan sayap,
sama saja dengan mereset seluruh pemikiranmu.
Seluruhnya, selama ini.
Karena kamu terbiasa nyaman.
Karena kamu terbiasa enak.

Tidak bisa bukan sungguh tidak bisa,
Tapi tidak mau.

BRAK!
Dahan penyangga tubuhmu kini patah lagi.
Tak ada waktu untuk khawatir,
Tak ada waktu untuk berpikir panjang.

Kamu melepaskan kedua tanganmu ke samping,
Darah di seluruh tubuhmu berdesir lebih cepat.
pikiranmu terarah pada satu keinginan.
Aku ingin terbang!
Aku ingin bisa menyelamatkan diriku sendiri.

Kamu mengepalkan kedua tangan dan menutup mata,
Menguatkan hati.
Aku ingin terbang!
Aku ingin terbang!
Dan pikiran itu jadi sangat fokus,
Aku ingin terbang!
Aku ingin terbang!
Aku ingin terbang!,
melebihi rasa takutmu.

Kamu beranikan diri untuk membuka mata,
dasar jurang sudah terlihat.
Hanya dalam hitungan detik kamu akan menyentuh dasar.

Kini ketakutanmu sirna,
Dengan tangan tetap terbentang, kamu tersenyum.
Kamu ingin terbang, dan kamu sudah berusaha sekuatnya,
Jika seandainya usaha ini akan berujung kegagalan,
Kamu tidak akan pernah menyesal.

Tepat disaat kamu berpikir hidupmu akan berakhir,
Sayapmu mengembang.

Mengembang dan membawa kamu naik ke atas.
Sayap yang kuat.
Melambungkan tubuhmu ke atas.

Kamu menyusul Aku ke atas jurang.
Kamu ingin minta penjelasan untuk apa yang baru saja terjadi.
Tapi kurasa Aku tak perlu menjelaskannya panjang lebar.
Segera kuraih tanganmu,
"Selamat! Hidup dimulai ketika kamu meninggalkan zona nyamanmu!,
Selamat datang di level kehidupan yang baru."

Kini kamu kuat.
Jauh lebih kuat daripada sebelumnya.
Karena kamu berhasil mengalahkan batas yang dibuat oleh dirimu sendiri.

Selamat!

0 comments: